Sebelum adanya Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng dan Bandara Halim Perdanakusuma di Cililitan, Bandara Kemayoran menjadi pintu gerbang Indonesia dari udara, bahkan menjadi bandara internasional pertama di tanah air. Bandara Kemayoran mulai dibangun sebagai bandara komersial oleh pemerintah kolonial Belanda sejak 1934 dan resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940.
Pesawat DC-3 Dakota milik perusahan penerbangan Hindia Belanda Koninklijk Nederlends Indische Luchvaart Maatschapij (KNILM) menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran. Pesawat itu terbang dari lapangan udara Cililitan yang sekarang menjadi Bandara Halim Perdana Kusuma. Pada masa ini, banyak penerbangan yang masuk ke Indonesia, menjadikan Kemayoran sebagai salah satu saksi berbagai kegiatan penting dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa seperti konferensi perdamaian maupun perjanjian internasional.
Menjelang pecahnya perang di Asia Pasifik, Kemayoran digunakan untuk penerbangan pesawat-pesawat militer seperti saat pertama kali dioperasikan Belanda. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang, penguasaan bandara Kemayoran pun juga jatuh ke tangan pemerintah Jepang. Hingga Indonesia meraih kemerdekaanya, pada masa itulah seluruh bentuk penguasaan tanah, pengelolaan dan pengembangan bandara Kemayoran sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Setelah dipegang Djawatan Penerbangan Sipil Indonesia, pengelolaan Bandara Kemayoran kemudian diserahkan kepada BUMN yang bernama Perusahaan Negara Angkasa Pura.
Pada masa Orde Baru, Bandara Kemayoran semakin ramai. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat yang mengancam lalu lintas internasional. Selain itu, perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara yang begitu pesat, penduduknya bertambah banyak, dan hunian pun semakin padat, tidak terkecuali Kemayoran, sehingga Bandara Kemayoran yang dulunya di luar kota, kini berada di tengah kota. Semakin padatnya volume penerbangan sehingga mempengaruhi keselamatan penerbangan, kebisingan, dan demi kepentingan pembangunan kota Jakarta, maka pemerintah membuat bandara yang baru yakni di kawasan Cengkareng
Dengan diresmikan dan difungsikannya bandara di kawasan Cengkareng yang diberi nama Bandara Soekarno Hatta tahun 1985, bersamaan dengan itu bandara Kemayoran resmi ditutup. Dengan usia pengabdian hampir 50 tahun, bandara selesai difungsikan pada 5 Juli 1985. Lahan bekas bandara seluas 454 hektar pun diserahkan kepada Kementerian Sekretariat Negara sebagai bagian dari aset negara dan dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran.
Dalam pengelolaannya, kini kawasan ini ditujukan untuk menjadi kawasan smart city dengan mengedepankan pembangunan dan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di ibukota. Meski telah berubah, namun jasa bandara Kemayoran tetap dikenang oleh bangsa Indonesia maupun bangsa lainnya sebagai gerbang dunia bagi Indonesia.
Sumber foto : Het Nationaal Archief