Kemayoran merupakan gerbang masuk utama ke Indonesia pada masanya untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat bagi bangsa, seperti konferensi perdamaian, hubungan internasional, dan lainnya. Disebut demikian karena Kemayoran adalah bandara internasional pertama di Indonesia yang menjadi tempat persinggahan sekaligus tujuan dari tamu-tamu mancanegara.
Seperti dilansir dari Kompas.com, pada 18 Maret 1970 Bandara Kemayoran pernah disinggahi astronot, yaitu Charles Conrad, Richard Gordon, dan Alan Bean. Bukan hanya penakluk bulan yang mendarat di Kemayoran, bulan April 1946, Laksamana Louis Mountbatten, Panglima Tertinggi Tentara Sekutu di Asia Tenggara, mendarat di Kemayoran dan menemui Perdana Menteri Sjahrir untuk membicarakan nasib Republik Indonesia pasca Perang Dunia II. Pada tahun 1955, para kepala negara dan diplomat 29 negara peserta Konferensi Asia Afrika tiba di Indonesia dengan mendarat di Kemayoran. Pada tahun 1970, giliran Nixon menjadi Presiden Amerika Serikat pertama yang mengunjungi Indonesia, juga dengan mendarat di Kemayoran.
Bandara pertama penuh sejarah tersebut memiliki banyak jejak peninggalan bernilai tinggi dan cerita tersendiri. Salah satunya yaitu relief yang berada di gedung eks-Bandara Kemayoran. Relief bersejarah tersebut terpajang di ruang VIP Bandara Kemayoran yang pada saat itu digunakan oleh presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, untuk menyambut para tamu negara.
Relief sendiri merupakan seni pahat dan ukiran tiga dimensi yang biasanya dibuat diatas batu. Bentuk ukiran ini sering dijumpai pada bangunan, candi, kuil, monumen, dan tempat bersejarah kuno lainnya.
Kreasi seni relief tersebut dihasilkan dari tangan berbakat tiga seniman ternama Indonesia, yakni Sindoesoedarsono Soedjojono, Harijadi Sumodidjojo, dan Surono yang dibantu oleh kelompok Seniman Indonesia Muda (SIM).
Karya di ruang publik yang sangat fenomenal karena dibuat atas permintaan presiden RI pertama Ir. Soekarno sendiri pada tahun 1957 tersebut berjumlah 3 relief yang memiliki tema historis masing-masing yang berbeda-beda. Letak relief tersebut tersebar di 2 lokasi yaitu di lantai 1 dan lantai 2 ruang VIP Bandara Kemayoran. Relief yang terbuat dari beton dengan menggunakan teknik pahatan dalam itu terlihat megah dan memiliki ukiran yang mengagumkan.
Di lantai 1 terpajang relief bertema “Sangkuriang” karya Surono berukuran panjang 13m dan tinggi 3m. Menuju lantai 2, terpampang 2 relief yaitu “Manusia Indonesia”, karya Sindoedarsono Sudjojono berukuran panjang 30m dan tinggi 3m, dan “Flora dan Fauna” karya Harijadi Sumadidjaja berukuran panjang 10m dan tinggi 3m.
Relief bertema “Manusia Indonesia” menggambarkan rakyat yang sedang bekerja. Beberapa pria yang digambarkan bertubuh kekar seperti pekerja pada masanya. Relief kedua bertema “Flora Fauna Indonesia” yang menggambarkan berbagai tumbuhan serta hewan Nusantara, baik yang hidup dalam air atau darat. Relief ketiga merupakan karya Surono yang mengangkat kisah rakyat Sangkuriang yang terpahat dengan indah menceritakan legenda daerah secara detail.
Warisan budaya bersejarah bernilai tinggi tersebut kini tampak dalam kondisi terawat dengan baik dan direncanakan akan menjadi salah satu cagar budaya di Indonesia. Seperti yang diucapkan oleh Bung Karno bahwa, “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri”.