Kemayoran adalah bagian penting dari Ibukota Jakarta. Pada awalnya daerah ini adalah lapangan terbang yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1938. Setelah Kemerdekaan pada tahun 1945 pengelolaan diserahkan ke Pemerintah Indonesia. Kemudian kawasan ini dijadikan kawasan Bandara Internasional yang pengelolaannya dipercayakan kepada Instansi Jawatan Penerbangan Sipil sampai tahun 1964, hingga tahun1985 Bandara ini dikelola Dirjen Perhubungan Udara cq Perum Angkasa Pura I.
Pada tahun yang sama Bandara Soekarno-Hatta dibuka dan fungsi segala kegiatan penerbangan di Bandara kawasan Kemayoran di non-aktifkan, kemudian lahan tersebut diserahkan ke Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg). Dalam mengelola lahan seluas 454 Ha Kemensetneg membentuk Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 tanggal 17 Juni 1985.
Sekelumit sejarah Bandar Udara Internasional pertama tersebut dijelaskan oleh Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) sebagai pengelola kawasan dalam wawancara khusus yang dilakukan bersama Kompas TV, Selasa ( 13/03). Dalam wawancara yang berlangsung di ruang kerja Direktur Pemberdayaan Kawasan Cecep Ferdy Firdaus Nugraha.
Puluhan tahun menjadi gerbang masuk utama perdagangan internasional, bandara yang dulunya merupakan bandara terbesar di Asia tenggara menjadikan Ibukota khususnya wilayah Kemayoran menjadi semakin padat dan sesak.
Selain membahas sejarah penerbangan Indonesia, dalam wawancara tersebut juga dijelaskan beberapa peninggalan bandara. Terdapat menara Air Traffic Control (ATC) dan juga Relief yang dulu diminta secara khusus oleh Presiden Soekarno untuk ditempatkan di ruang VVIP terminal Bandara Kemayoran. Kini menara ATC dan Rrelief tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai cagar budaya Indonesia.
Kedepannya PPKK terus berusaha menjadikan Kemayoran sebagai Kawasan Internasional dengan tetap menjaga dan mempertahankan sejarah yang ada. “Pelestarian bangunan Bandara Kemayoran terus dilakukan, menara ATC dan relief pun tidak hanya akan menjadi ikon Kemayoran namun juga Ikon Indonesia’’ tutup Cecep.